Bismillahirrahmanirrahim.
Sesungguhnya Rasul kita yang mulia Muhammad shalallahu
‘alaihi wasallam adalah merupakan uswah, teladan kita dalam kehidupan
kita.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ
حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِير
“Sesungguhnya telah ada pada diri
Rasulullah itu suatu tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang
mengharapkan rahmat Allah dan keselamatan dihari kiamat dan banyak mengingat
Allah.” (Qs. Al-Ahzab : 21)
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan
kepada umatnya perkara-perkara yang diperintahkan oleh Allah dan
mempraktekkannya agar umatnya dapat mengamalkannya. Diantaranya adalah do’a
setelah tasyahud akhir sebelum salam. Do’a itu senantiasa Rasulullah ajarkan
kepada umatnya agar senantiasa dibaca setiap sebelum salam. Begitu pentingnya
hal ini sehingga disunnahkan setiap kali shalat untuk berdo’a memohon perlindungan
kepada Allah dari empat perkara, yaitu :
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ
الْقَبْرِ ، وَمِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ،
وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ
“Ya Allah, Sesungguhnya aku berlindung
kepadaMu dari siksaan kubur, siksa neraka Jahanam, fitnah kehidupan dan setelah
mati, serta dari kejahatan fitnah Almasih Dajjal.” (HR. Bukhari-Muslim)
Dalam riwayat yang lain,
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ
الْقَبْرِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ، وَأَعُوْذُ بِكَ
مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ . اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ الْمَأْثَمِ
وَالْمَغْرَمِ
“Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung
kepadaMu dari siksa kubur. Aku berlindung kepadaMu dari fitnah Almasih Dajjal.
Aku berlindung kepadaMu dari fitnah kehidupan dan sesudah mati. Ya Allah, Sesungguhnya aku berlindung
kepadaMu dari perbuatan dosa dan hutang.” (HR. Bukhari-Muslim)
Saudariku
muslimah ..
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menganjurkan kepada umat
beliau untuk memohon perlindung dari empat perkara ini disetiap kali kita
sholat dan diulang-ulang setiap harinya. Hal ini menunjukkan betapa penting dan
agungnya do’a ini.
Yang pertama,
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berlindung dari azab Jahannam.
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ
Jahannam, ia
adalah merupakan tempat kembali seburuk-buruknya tempat kembali. Neraka
Jahannam yang disebutkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallammemiliki
panas 70 kali lipat dari api dunia. Hal itu telah digambarkan oleh Rasulullahshalallahu
‘alaihi wasallam dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh shahabat Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, “(Panasnya) api yang kalian (Bani Adam)
nyalakan di dunia ini merupakan sebagian dari tujuh puluh bagian panasnya api
neraka Jahannam.” Para sahabat bertanya, “Demi Allah, api dunia itu sudah cukup
wahai Rasulullah!” Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “sesungguhnya
panasnya api neraka melebihi panas api dunia sebanyak enam puluh kali lipat.” (HR.
Muslim no. 2843)
Rasulullah shalallahu
‘alaihi wasallam kemudian menyebutkan betapa seramnya azab neraka. Penduduknya
dijadikan berbadan sebesar-besarnya sampai-sampai Rasulullah shalallahu
‘alaihi wasallam mengabarkan bahwasanya gigi penduduk neraka sebesar
Gunung Uhud. Yang demikian itu agar penduduk neraka lebih merasakan azab.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Dari Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda, ‘Jarak antara kedua pundak orang kafir (di neraka)
seperti jarak orang yang menaiki kendaraan dengan cepat selama tiga hari.‘ (HR.
Bukhori : 5661, Muslim : 2582).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu dari Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, “(Besar)
gigi geraham orang kafir atau gigi taringnya (di neraka) seperti gunung uhud,
dan tebal kulitnya sejarak perjalanan tiga hari.” (HR. Muslim : 2851).
Kulit mereka yang
begitu tebal dibakar dengan api yang menyala-nyala hingga kulit itupun hangus. Dan
apabila kulit itu hangus lalu Allah akan menggantinya dengan kulit yang lain.
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُواْ بِآيَاتِنَا سَوْفَ نُصْلِيهِمْ نَاراً كُلَّمَا نَضِجَتْ جُلُودُهُمْ بَدَّلْنَاهُمْ جُلُوداً غَيْرَهَا لِيَذُوقُواْ الْعَذَابَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَزِيزاً حَكِيماً
“Sesungguhnya
orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan kedalam
neraka. Setiap kulit tubuh mereka hangus, Kami ganti
kulit mereka dengan kulit yang lain, agar mereka merasakan adzab. Sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Qs. An-Nisa : 56)
Saudariku Muslimah.. Maka dari itu, sudah
selayaknya kita berlindung kepada Allah dari keburukan azab neraka
jahanam.
Yang kedua, Rasulullah shalallahu
‘alaihi wasallam berlindung dari azab kubur.
وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ
Azab kubur merupakan kehidupan akhirat yang
pertama kali. Azab kubur adalah penentuan bagi seorang hamba. Jika ia selamat
di dalam kuburnya, maka ia akan lebih selamat lagi di hari akhirat kelak. Dan
sebaliknya, apabila ia tidak selamat didalam kuburnya, lebih-lebih dia tidak
akan selamat di dalam kehidupan akhirat kelak.
Pada saat Utsman bin Affan radhiyallahu
‘anhu melihat kuburan ketika berziarah, beliaupun menangis. Lalu ditanya
oleh sahabatnya,”Wahai Utsman, dituturkan surga neraka engkau tidak menangis,
sekarang melihat kuburan engkau menangis!” Utsman menjawab, Rasulullah shalallahu
‘alaihi wasallam pernah berkata,
“Kuburan adalah rintangan pertama kali akhirat, siapa yang sekarang berhasil di
situ setelahnya lebih mudah, siapa yang celaka di situ, maka setelahnya akan
lebih susah. Tidaklah aku melihat suatu pandangan yang lebih mengerikan
dibandingkan kuburan” (HR. Ahmad-Tirmidzi)
Maka sudah sepatutnya kita berlindung dari
adzab kubur. Dan sudah sepatutnya pula kita berlindung kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala sambil kita menjauhi perkara-perkara yang dapat menyebabkan kita
diazab didalam kubur. Tahukah engkau wahai saudariku, apa yang meyebabkan
seorang hamba diazab didalam kuburnya? Ada
dua sebab, sebab yang umum dan sebab yang khusus. Diantara sebab yang umum
wahai saudariku, adalah setiap kemaksiatan kepada Allah. Itulah penyebab
seorang hamba di azab di dalam kubur. Adapun sebab yang khusus wahai saudariku,
maka yang ditunjukkan oleh dalil-dalil syariat. Disebutkan didalam hadits,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada Jibril dan
Mikail ‘alaihissalam sebagaimana disebutkan dalam hadits yang
panjang,
فَأَخْبِرَانِي عَمَّا رَأَيْتُ. قَالَا: نَعَمْ،
أَمَّا الَّذِي رَأَيْتَهُ يُشَقُّ شِدْقُهُ فَكَذَّابٌ يُحَدِّثُ بِالْكَذْبَةِ فَتُحْمَلُ
عَنْهُ حَتَّى تَبْلُغَ الْآفَاقَ فَيُصْنَعُ بِهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَالَّذِي
رَأَيْتَهُ يُشْدَخُ رَأْسُهُ فَرَجُلٌ عَلَّمَهُ اللهُ الْقُرْآنَ فَنَامَ عَنْهُ
بِاللَّيْلِ وَلَمْ يَعْمَلْ فِيهِ بِالنَّهَارِ يُفْعَلُ بِهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ،
وَالَّذِي رَأَيْتَهُ فِي الثَّقْبِ فَهُمُ الزُّنَاةُ، وَالَّذِي رَأَيْتَهُ فِي النَّهْرِ
آكِلُوا الرِّبَا
“Beritahukanlah kepadaku tentang apa yang
aku lihat.” Keduanya menjawab,”Ya. Adapun orang yang engkau lihat dirobek
mulutnya, dia adalah pendusta. Dia berbicara dengan kedustaan lalu kedustaan
itu dinukil darinya sampai tersebar luas. Maka dia disiksa dengan siksaan
tersebut hingga hari kiamat. Adapun orang yang engkau lihat dipecah kepalanya,
dia adalah orang yang telah Allah ajari Al-Qur’an, namun dia tidur malam (dan
tidak bangun untuk shalat malam). Pada siang hari pun dia tidak mengamalkannya.
Maka dia disiksa dengan siksaan itu hingga hari kiamat. Adapun yang engkau lihat
orang yang disiksa dalam tungku, mereka adalah pezina. Adapun orang yang engkau
lihat di sungai darah, dia adalah orang yang makan harta dari hasil riba.” (HR.
Al-Bukhari no. 1386 dari Jundub bin Samurah radhiyallahu ‘anhu)
Itulah sebagian adzab kubur yang
diperlihatkan kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Maka dari itu
wahai saudariku, mohonlah perlindungan kepada Allah dari siksa kubur, karena ia
merupakan siksa pedih sebelum kita melanjutkan perjalanan menuju akhirat.
Yang ketiga, Rasulullah shallallahu’alaihi
wa sallam berlindung dari fitnah kehidupan dan sesudah kematian.
وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ
“Aku berlindung kepadaMu dari fitnah
kehidupan dan sesudah mati”
Fitnah hidup berupa syubhat dan syahwat.
Seorang hamba diuji oleh Allah dengan syubhat(kesesatan pemahaman) dan
syahwatnya. Ujian berupa fitnah syubhat merupakan seberat beratnya ujian bagi
seorang hamba karena hal itu bisa merusak agamanya. Rasulullah shalallaahu
‘alaihi wasallam saja berlindung dari fitnah-fitnah tersebut duhai
saudariku. Beliau berlindung kepada Allah agar tidak dijadikan musibah dalam
agamanya. Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam pun berdo’a,
وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَا
“(Wahai Allah) ,dan janganlah engkau
jadikan musibah menimpa agama kami.” (HR. at-Tirmidzi)
Karena sessungguhnya ini adalah
seburuk-buruk musibah. Seorang hamba yang berbuat maksiat, merupakan musibah
dalam agamanya. Seorang hamba yang berbuat bid’ah, merupakan musibah dalam
agamanya. Seorang hamba yang melanggar larangan-larangan Allah, ia pun
merupakan musibah di dalam agamanya. Musibah yang menimpa seorang hamba dalam
perkara dunia itu lebih ringan wahai saudariku. Seseorang diberi kefakiran,
seseorang diberikan penyakit, seseorang diberikan kelaparan, barangkali itu
tidak merubah agamanya. Akan tetapi, ketika seseorang diberi ujian syubhat dan
syahwat lalu ia ikuti hal tersebut, ketahuilah hal ini bisa menghancurkan
agamanya. Itulah musibah yang paling besar. Wal iyyadzubillah.
Yang keempat Rasulullah shalallahu
‘alaihi wasallam berlindung dari keburukan fitnah masihud Dajjal.
Dajjal, makhluk yang akan datang di akhir
zaman yang diberikan oleh Allah sebagai fitnah yang besar kepada manusia.
Sampai-sampai kata Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, tidak ada
seorang pun nabi, kecuali memperingatkan umatnya dari bahaya Dajjal.
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu
‘anhuma,
قَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي النَّاسِ فَأَثْنَى عَلَى اللهِ بِمَا هُوَ أَهْلُهُ ثُمَّ ذَكَرَ الدَّجَّالَ فَقَالَ: إِنِّي أُنْذِرُكُمُوْهُ وَمَا مِنْ نَبِيٍّ إِلاَّ قَدْ أَنْذَرَهُ قَوْمَهُ، لَقَدْ أَنْذَرَهُ نُوْحٌ قَوْمَهُ وَلَكِنْ سَأَقُوْلُ لَكُمْ فِيْهِ قَوْلاً لَمْ يَقُلْهُ نَبِيٌّ لِقَوْمِهِ، تَعْلَمُوْنَ أَنَّهُ أَعْوَرُ وَأَنَّ اللهَ لَيْسَ بِأَعْوَرَ
“Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam berdiri di hadapan manusia, menyanjung Allah
Subhanahu wa Ta’ala dengan sanjungan yang merupakan hak-Nya, kemudian menyebut
Dajjal dan berkata, ‘Aku memperingatkan kalian darinya, tidaklah ada seorang
nabi kecuali pasti akan memperingatkan kaumnya tentang Dajjal. Nuh‘alaihissalam
telah memperingatkan kaumnya. Akan tetapi aku akan sampaikan kepada kalian satu
ucapan yang belum disampaikan para nabi kepada kaumnya. Ketahuilah dia itu buta
sebelah, adapun Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah demikian.”(HR. Ahmad,
Al-Bukhari dan Muslim no. 2930)
Dajjal adalah fitnah yang sangat besar.
Bagaimana tidak wahai saudariku, Dajjal mengaku sebagai rabb, memerintahkan
hujan untuk turun, lalu turunlah hujan (dengan ijin Allah-ed), memerintahkan
bumi untuk menumbuhkan tanaman, lalu tumbuh tanaman, menghidupkan orang mati
dan yang lainnya sebagai fitnah bagi kaum muslimin (dengan ijin Allah-ed).
Bayangkan wahai saudariku?
Maka dari itu Rasulullah shalallahu
‘alaihi wasallam mengabarkan, bahwasanya yang menjadi pengikut dajjal
adalah orang-orang yang bodoh terhadap agama mereka. Betapa tidak, orang-orang
awam banyak yang tertipu dan terfitnah oleh para dukun. Orang-orang awam banyak
yg terfitnah oleh kuburan-kuburan yang dianggap “kuburan wali”. Orang-orang
awam banyak terfitnah dengan keris-keris pusaka dan yang lainnya. Apabila
dengan dajjal kecil saja tertipu, bagaimana dengan Dajjal yang sangat besar
fitnahnya.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan
tentang kisah seorang pemuda yang dibunuh oleh Dajjal. Dalam riwayat Imam
Muslim (2938) dari hadits Abu Sai’id al-Khudri terdapat kisah menarik tentang
pertarungan antara Dajjal dengan seorang mukmin, ringkasnya:
Dajjal berkata, ” Apakah kamu beriman padaku?”
Jawab pemuda itu, “Kamu adalah pendusta”.
Pemuda itu kemudian digergaji sehingga terbelah menjadi dua, lalu Dajjal
melewati dua potongan badannya kemudian menyuruhnya berdiri.
Pemuda itupun berdiri lagi seraya berkata, “Saya malah bertambah mantap tentang
dirimu bahwa engkau adalah Dajjal yang dikabarkan oleh Rasulullah shalallahu
‘alaihi wasallam!”.
Setelah itu, Dajjal ingin membunuhnya tetapi tidak bisa”.
Bayangkan wahai saudariku, si pemuda
tersebut telah memiliki pengentahuan bahwasanya Dajjal akan datang. Ini
menunjukkan bahwa orang yang memahami ilmu agama, insyaa Allaah dia
akan diselamatkan dari fitnah Dajjal. Maka dari itu wahai saudariku, kita
berkewajiban untuk berlindung dari fitnah dajjal. Ia adalah fitnah yang sangat
besar.
Dan terakhir Rasulullah shalallahu
‘alaihi wasallam berdo’a memohon perlindungan dari perbuatan dosa dan
hutang.
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ الْمَأْثَمِ
وَالْمَغْرَمِ
Dosa dan hutang, terkadang seorang hamba
menganggapnya kecil dan remeh, padahal itu akan dibayar dengan amalan di
akhirat kelak. Ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan
bahwasanya orang yang mati syahid diampuni semua dosa-dosanya, kemudian
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam pun memberikan pengecualian,
yakni kecuali hutang. Dari ‘Abdillah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يُغْفَرُ لِلشَّهِيدِ كُلُّ ذَنْبٍ إِلاَّ الدَّيْنَ
“Semua dosa orang
yang mati syahid akan diampuni kecuali hutang.” (HR.
Muslim no. 1886)
Dari Ibnu ‘Umar, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ دِينَارٌ أَوْ دِرْهَمٌ
قُضِىَ مِنْ حَسَنَاتِهِ لَيْسَ ثَمَّ دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ
“Barangsiapa yang mati dalam keadaan masih
memiliki hutang satu dinar atau satu dirham, maka hutang tersebut akan dilunasi
dengan kebaikannya (di hari kiamat nanti) karena di sana (di akhirat) tidak ada lagi dinar dan
dirham.” (HR. Ibnu Majah no. 2414. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa
hadits ini shohih. Ibnu Majah
juga membawakan hadits ini pada Bab “Peringatan Keras Mengenai Hutang.”)
Demikianlah
keadaan orang yang mati dalam kondisi masih membawa hutang dan belum juga
dilunasi, maka untuk membayarnya akan diambil pahala kebaikannya. Itulah yang
terjadi ketika hari kiamat karena di sana tidak ada lagi dinar dan dirham untuk
melunasi hutang. Kenapa Nabi shalallahu ‘alaihi wa
sallam sering berlindung dari hutang ketika shalat?
Ibnul Qoyyim dalam Al Fawa’id (hal. 57,
Darul Aqidah) mengatakan,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta perlindungan kepada Allah dari
berbuat dosa dan banyak hutang karena banyak dosa akan mendatangkan kerugian di
akhirat, sedangkan banyak utang akan mendatangkan kerugian di dunia.” Inilah
do’a yang seharusnya kita amalkan agar terlindung dari hutang:
ALLAHUMMA INNI A’UDZU BIKA MINAL MA’TSAMI
WAL MAGHROM
(Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari berbuat dosa dan banyak utang).
Maka dari itu wahai saudariku, janganlah
seorang hamba bermudah-mudah untuk berhutang. Dan jangan pula seorang hamba
berbuat zhalim dengan tidak membayar hutang. Sesungguhnya hutang itu akan
dibayar di akhirat, bukan dibayar dengan dinar, bukan dibayar dengan rupiah,
bukan dibayar dengan dirham, akan tetapi akan dibayar dengan amalan kita.
Padahal amalan kita adalah modal utama menuju surga.
Wa shollallahu ‘ala nabiyyiina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.
Penulis: Ummu Izzah Hilda
Sumber : SINI
No comments:
Post a Comment