Beliau lahir di Yatsrib (Madinah) 8 tahun sebelum Hijriah. Nama lengkapnya Anas bin Malik bin an-Nadhar bin Dhomdhom al-Anshory al-Khazrojy. Biasa dipanggil Abu Hamzah, juga digelari ‘Khodim ar-Rasul’ (Pembantu Rasul). Anas diserahkan oleh ibunya Ummu Sulaim, kepada Rasulullah di kala Rasulullah datang dari Mekah setelah perintah hijrah dari Allah SWT. Penduduk Madinah saat itu benar-benar mengalu-alukan kedatangan Rasulullah, termasuk Anas yang masih kecil dan Ibunya Ummu Sulaim. Ummu Sulaim telah menanamkan di hati Anasyang masih kecil rasa cinta terhadap Rasulullah, sehingaa dia tidak sabar untuk bertemu Rasulullah SAW.
Ayah Anas sempat menentang Ummu Sulaim memeluk agama Islam, namun tentangan dari ayah Anas tidak menggentarkan sedikitpun hati Ummu Sulaim dalam memeluk Islam sebagai sebuah kepercayaan yang mencerahkan peradaban manusia kala itu, agama samawi yang diajarkan Muhammad Rasulullah SAW. Ayah Anas dikabarkan meninggal dalam sebuah perselisihan ketika dia sedang berada di luar rumah, sehingga akhirnya Anas hidup sebagai seorang yatim.
Akhirnya tiba masa hijrahnya Rasulullah SAW dari Mekkah. Mendengar hal ini Anas dan Ummu Sulaim sangat bahagia seperti halnya apa yang dirasakan oleh penduduk Madinah lainnya yang telah memeluk Islam. Katika Rasulullah tiba di Madinah, penduduk berbondong-bondong menyambut beliau. Mereka memberikan hadiah kepada Rasulullah, hingga akhirnya sampailah giliran Anas dan Ummu Sulaim bertemu dengan beliau.
Ummu Sulaim berkata, ”Ya Rasulullah, orang-orang Ansar baik lelaki mahupun perempuan telah memberikan hadiahnya kepada tuan. Tetapi saya tidak memiliki apa-apa untuk saya hadiahkan kepada tuan kecuali anak saya ini. Maka ambillah dia berkhidmat kepada tuan untuk membantu apa yang tuan mahukan.” Rasulullah pun menerima hadiah Ummu Sulaim dengan senang hati. Sejak saat itu Anas bin Malik yang berusia 10 tahun hidup bersama Rasulullah dalam bingkai rumah Rasulullah.
Dalam rumah Rasulullah inilah Anas belajar dan menangkap perilaku Rasulullah yang mulia. Anas menyaksikan perilaku Rasulullah SAW dan berinteraksi secara langsung dengannya. Hampir segala perilaku atau sikap Rasulullah SAW diperhatikan dan kemudian diamalkan olehnya. Abu Hurairah berkata, “Saya belum pernah melihat orang yang menyerupai solatnya Rasulullah kecuali Ibn Ummu Sulaim (maksudnya Anas). Sealain itu, Ibnu Sirin berkata, “Anas adalah sahabat yang solatnya paling bagus, baik di rumah maupun pada waktu Safar.”
Anas menyaksikan secara langsung bagaimana mulianya akhlak Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari. Anas pernah berkata, “Saya berkhidmat kepada Rasulullah selama sepuluh tahun. Tidak pernah sekalipun Rasulullah berkata: “Mengapa kamu buat begitu…” jika saya melakukan sesuatu. Apabila saya tidak melakukan sesuatu perkara, Baginda tidak pernah beberkata: “Mengapa kamu tidak lakukannya…””
Anas bercerita, “Suatu hari Rasulullah menyuruhku untuk suatu keperluan. Saya pun keluar rumah. Dan jalan berjumpa dengan anak-anak sedang bermain. Saya pun ikut bermain bersama mereka. Saya malah tidak memenuhi perintahnya. Selesai bermain dengan mereka, tiba-tiba saya merasa ada orang berdiri dibelakang saya. Setelah saya menoleh, ternyata Rasulullah sambil memagang bajuku. Sambil tersenyum Rasulullah berkata, “Wahai Anas, Apakah kamu sudah kerjakan perintahku?” Saya merasa bersalah. Saya pun menjawab, “Baiklah, saya pergi sekarang.”
Rasulullah SAW memanggil Anas dengan pangilan kasih sayang, Unais, dan terkadang Beliau memanggil “Anakku”. Rasulullah sering memberikat nasihat-nasihat kepadanya. Seperti nasihatnya kepada Anas berikut ini, “Anakku, bila kau mampu berada di pagi dan petang hari tanpa ada dengki di hatimu pada siapapun, maka lakukanlah…! Anakku, yang demikian adalah termasuk sunnahku, barang siapa yang menghidupkan sunnahku maka ia telah mencintaiku… barang siapa yang mencintaiku maka ia akan berada di surga bersamaku…Anakku, jika kau masuk ke dalam rumah ucapkanlah salam karena itu akan membawa keberkahan bagimu dan juga bagi penghuni rumahmu.”
Rasulullah pun pernah mendoakan atas Anas bin Malik, “Allahumma Urzuqhu Maalan wa Waladan, wa Baarik Lahu (Ya Allah, berikanlah kepadanya harta dan keturunan, dan berkatilah hidupnya).” Doa Rasulullah SAW tersebut dikabulkan oleh Allah, Anas dikurniakan usia yang panjang. Anas bin Malik hidup selama 103 tahun lamanya, ketika Rasulullah meninggal, Anas masih melanjutkan perjalanan hidupnya hingga 80 tahun kemudian. disebabkan anugerah usianya yang panjang Anas bin Malik berkata, “Tidak ada orang yang tersisa (dari sahabat) yang dapat solat di masjid Qiblatain (dua qiblat) kecuali saya.”Anas juga dikurniakan keturunan yang banyak oleh Allah SWT, iaitu tidak kurang dari 100 orang anak serta cucu beliau. Apabila mengkhatamkan al-Qur’an, beliau mengumpulkan isteri dan anak-anaknya dan kemudian berdoa. Anas juga dikarunia oleh Allah harta yang cukup. Sehingga beliau menjadi salah seorang pemuda terkaya dari kalangan Ansar.
Anas adalah muslim yang soleh, dan taat terhadap perintah Rasulullah. Anas bin Malik tidak berperang dalam perang Badar Akbar, karena usianya masih muda. Tetapi beliau banyak mengikuti peperangan lainnya sesudah itu. Anas bin Malik turut serta ikut dalam perang Yamamah, di mana perang ini hampir saja jiwanya terenggut saat terkena kait dari besi panas yang dilempar dari benteng musuh. Namun atas izin Allah beliau berhasil diselamatkan oleh saudaranya sendiri Baro’ bin Malik.
Beliau adalah seorang Mufti, Qori, Muhaddith, dan Perawi Islam. Beliau mendapatkan banyak ilmu dari Rasulullah SAW, Abu Bakar, Umar, Usman, Mu’ad, Usaid Al Hudair, Abu Tholhah,iIbunya sendiri Ummu Sulaim putri Milhan, ibu saudaranya Ummu Haram dan suaminya Ubadah bin Shamit, Abu Dzar, Malik bin Sha’sha’ah, Abi Hurairah, Fatimah dan masih banyak lainnya.Pada waktu Abu Bakar meminta pendapat Umar mengenai pelantikan Anas bin Malik menjadi pegawai di Bahrain, Umar memujinya :” Dia adalah anak muda yang cerdas dan boleh membaca dan menulis, dan juga lama bergaul dengan Rasulullah”.
Dalam perjalanan 10 tahun bersama Rasulullah Anas bin Malik telah meriwayatkan ribuan hadis. Anas bin Malik merupakan sahabat ketiga terbanyak meriwayatkan hadis, iaitu sebanyak 2.286 hadits . Hal yang paling membuat sedih Anas bin Malik adalah saat-saat Rasulullah wafat. Jika ia terkenang kepergian Rasulullah maka ia akan sangat bersedih hati hingga orang-orang disekelilingnya juga turut bersedih. Anas bin Malik berkata, “Aku melihat Nabi SAW saat Baginda datang kepada kami, dan akupun melihatnya saat Baginda wafat. Sampai kini aku belum menemukan hari lain seperti kedua hari tersebut. Pada hari Baginda datang ke Madinah, Baginda mampu menerangi semuanya… dan pada hari hampir Baginda melangkah menuju sisi Tuhannya, maka seolah semuanya menjadi gelap. Kali terakhir aku melihat Baginda adalah hari Isnin di saat tirai kamar Baginda di buka. Aku melihat wajah Baginda seolah lembaran kertas. Saat itu semua orang berdiri di belakang Abu Bakar seraya memandang ke arah Baginda. Hampir saja mereka tak kuasa menahan diri. Lalu Abu Bakar memberi isyarat kepada mereka untuk tenang. Lalu wafatlah Rasulullah SAW di penghujung hari itu. Kami belum pernah melihat pemandangan yang lebih pelik pada kami melebihi wajah Baginda saat kami mengubur jasad Baginda dengan tanah.”
Saat-saat yang paling membahagiakannya adalah saat pertama beliau bertemu Rasulullah SAW, dan saat yang paling membuatnya sedih adalah saat dimana Rasulullah pergi ke pangkuaan Allah. Sepeninggalan Rasulullah SAW Anas pergi ke Damaskus. Dari Damaskus beliau pindah ke Basrah. Dengan bekal pelajaran langsung dari kekasih Allah, Rasulullah SAW Anas bin Malik mengamalkan setiap pelajaran beharga yang beliau dapati selama 10 tahun bersama orang yang menjadi qudwah bagi umat muslim di seluruh dunia saat ini.
Setelah menjalani hidupnya sekitar satu abad beliau wafat pada tahun 91 Hijrah. Saat terakhirnya ia jatuh sakit dan pada saat tersebut dia berpesan kepada keluarganya, “Ajarkan aku kalimat La ilaha illahu, Muhammadun Rasulullah.” Dia terus mengucapkan kalimat tersebut hingga pada akhirnya dia meninggal dunia. Pada wafatnya Muwarriq berkata: “ Telah hilang separuh ilmu. Jika ada orang suka memperturutkan kesenangannya bila berselisih dengan kami, kami berkata kepadanya, marilah menghadap kepada orang yang pernah mendengar dari Rasululah SAW.”
Anas bin Malik pembantu Rasulullah yang senantiasa mencintai Rasulullah SAW hingga akhir hayatnya adalah salah satu sahabat yang patut kita teladani kesetiaannya. Anas senantiasa berkeinginan untuk berjumpa dengan Rasulullah SAW saat di akhirat, Anas bin Malik sering berkata, “Aku berharap dapat berjumpa dengan Rasulullah Saw pada hari kiamat sehingga aku dapat berkata kepada Beliau: “Ya Rasulullah, inilah pembantu kecilmu, Unais.”
No comments:
Post a Comment